The committee of this game will serve KERUPUK for some of participants. Kerupuk will be tied and will be arranged by in long rope. Each participant will eat his own kerupuk and the winner is the fastest who eats all his own. The challenge of this game is the participant not allowed touse their two hands for holding or touch the food. They could only touch and eat it by his mouth . :)
Young-Gen-IA
Senin, 19 Agustus 2013
TRADITIONAL GAME ON CELEBRATING INDEPENDENCE DAY
An Indonesian people make many games on celebrating the 68th Anniversary of Indonesia. One of them is Eating-Kerupuk-Games. This is one of traditional game which most popular in celebrating Independence day of Indonesia.
BLACK-WHITE UNIFORM
New Orientation of PNUP, Indonesia
19th August 2013, this is gonna be the best moment for MABA of PNUP Academic Year 2013.
With 981 new MABA (Mahasiswa Baru) or university students were sitting while they were waiting for lunch.
This event is one of culture in education system of University in Indonesia. The orientation consist of introducing many kinds of organizations in that university, the rules of campus, and many more. The goal of this event is to make the new students of university can manage their time with the lessons and other activities during they continue their study in there. .. Keep Going MABA Indonesia (pict.from persma PNUP)
Minggu, 18 Agustus 2013
PERFORMANCE ART
Seni pertunjukan (Bahasa
Inggris: performance art) adalah karya seni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance
biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan
seniman dengan penonton. Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni
tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni
performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni
rupa dan kini mulai beralih ke arah seni
kontemporer.
Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang
terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak
istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai
produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini dianggap bisa menyertai
sebutan seni visual, musik, tari, dan teater. Meskipun di Barat, istilah Contemporary Art jamak
digunakan untuk menyebut praktek seni visual sesuai kebutuhan kegiatan Museum maupun
lembaga pencetus nilai seperti Galeri Seni dan Balai Lelang.
Salah satu contoh seni pertunjukan adalah COSPLAY
Cosplay (コスプレ Kosupure?) adalah istilah bahasa Inggris buatan
Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume"
(kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi
mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan
tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan
musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer,
Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.
Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang
diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic
Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei.
Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer
sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina,
maupun Indonesia.
CERPENKU
M A S I H
oleh: Nirmalawati Sahir
Sisa-sisa hujan belum juga reda menghiasi
malam itu. Aku bergegas keluar dan menengok ke arah langit yang pekat
kemerah-merahan. Aku mengulurkan tangan melewati jeruji jendela kamarku. Membiarkan
rintik-rintik hujan berebut singgah di telapak tangan. Hiruk pikuk asap dari
secangkir “energen sereal“ tersaji di
atas meja belajar. Aku memalingkan pandangan. Ku tatap ketiga teman kamarku
yang sudah tertidur pulas. Terlihat nyenyak hingga suara derasnya hujan pun
tidak mengusik kelelapan mereka sedikit pun. Sementara kilat dan petir kadang
menyambar meskipun tidak terlalu gemuruh. Aku menatap jam dan rupanya waktu
sudah menunjukkan pukul 23.30. Tapi mataku belum bisa terpejam. Sereal yang
tersaji kini menjadi santapan hangat dimalam yang dingin itu.
Keheninganku
terpecah seketika mendengar deringan handphone di atas meja. Aku tak habis
pikir, ada saja orang yang kurang kerjaan menjailiku malam-malam begini. Ku
lihat nama yang tertera di layar mungil itu ”06 DIAS”. Hatiku tersentak. Ada gerangan apa ia
menelpon malam-malam begini? Biasanya ia hanya mengirimkan pesan singkat
beruntun. Belakangan ini, kami juga jarang berkomunikasi setelah beberapa kabar
miring yang kudengar beredar disepanjang koridor sekolah bahwa ia sedang
menyukai seseorang di angkatan kami. Anehnya, Dias tak pernah menyinggung soal
itu. Padahal kami sudah bersahabat sejak lama. Bahkan semua orang pernah
mengira bahwa kami menjalin sebuah hubungan lebih dari teman. Tapi kami tak
pernah menghiraukannya.Itu tak menjadi masalah karena kami sudah terbiasa
dengan kabar miring seperti itu. Tanpa pikir panjang, aku menjawab telepon
Dias.
“Halo, Assalamu alaikum. Ada apa Di? “ kataku.
“Wa’alaikum
salam. Lagi sibuk Ci?” jawabnya.
“Nggak
kok. Eh, tumben. Kenapa nih?” tanyaku dengan santai.
“Aku
mau bilang sesuatu tapi jangan sampai ada yang tahu kecuali kita. Oke!” katanya
dengan nada meyakinkan.
“Oke.
Oke bos!” jawabku.
“Aku
.... aku mau bilang kalau aku suka sama kamu” katanya dengan nada agak gugup.
Terkejut bukan
main, seketika jantungku berdetak kencang. Hatiku bergemuruh lebih gaduh dari
petir dan kilat menyambar-nyambar. Jadi, selama ini kabar miring itu benar.
Tapi tidak pernah terbayangkan bahwa gadis yang ia sukai adalah sahabatnya
sendiri. Ya, aku diam seribu bahasa seperti tidak percaya dengan apa yang baru
saja aku dengar. Namun, aku berusaha mengalihkan pembicaraan untuk memastikan
bahwa Dias hanya bercanda.
“ Hahahaha,... Di..Di.. Kamu ini
ada-ada saja! Nggak lucu tau! Sudahlah, berhenti bercanda! Ini sudah tengah
malam. Tidur gii!” kataku sambil tertawa kecil.
“ Aku nggak bercanda tau! Ini
serius.” katanya dengan nada meyakinkan.
“ Di, suasananya lagi nggak cocok!
Kalo mau bercanda besok aja. Oke!” bujukku kepada Dias.
“ Aku serius Ci. Sebenarnya aku
sudah lama suka sama kamu. Aku ingin mengatakan itu tepat setelah UN nanti.
Tapi, aku semakin takut kalau kesempatan itu berlalu begitu saja. Jadi aku
putuskan untuk bilang sekarang.” jelasnya.
“ Aduh, Di. Kok bisa? Aku nggak
harus bilang wow kan! Kenapa juga harus bilang sekarang!”
“ Ya, bisalah. Karena ada sesuatu
yang unik dari kamu yang tidak aku lihat dalam diri orang lain, Ci.” kata Dias.
Aku termenung.
Pikiranku masih kacau. Sekarang, aku bingung dengan perasaanku sendiri. Ya,
dulu aku memang sempat menyukainya karena kedekatan kami berada di kelas yang
sama selama 2 tahun. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai berfikir bahwa
perasaan itu mungkin hanya sekedar perasaan kagum kepada seseorang yang wajar.
Apalagi ia adalah salah satu siswa yang periang dan diakui kecerdasannya. Siapa
yang tidak kagum dengan karakter seperti itu!. Tapi, tentunya aku tidak bisa
langsung merespon. Aku butuh waktu untuk berfikir jernih sambil memastikan
bahwa saat itu aku benar-benar sedang tidak bermimpi. Karena itu, aku
mengatakan kepada Dias bahwa aku sudah lelah dan segera ingin beristirahat.
Untungnya, Dias bisa mengerti. Bukan mengerti karena aku lelah, tapi aku rasa
ia mengerti bahwa pernyataannya itu membuatku membutuhkan banyak waktu untuk
mengetahui perasaanku yang sebenarnya.
***
Kicauan burung dan sahutan ayam di
sekitar pemukiman penduduk Kelapa Gading menyambut fajar yang mulai terbit.
Pembinaan Imtaq yang rutin dilakukan di sekolah berasrama ini telah diakhiri
dan dilanjutkan dengan sarapan pagi di Cafetaria favorit kami. Benturan gemuruh
ompreng besi yang terdengar menandakan bahwa Cafetaria itu sudah dipenuhi
antrian panjang. Kara yang menemaniku berjalan tiba-tiba berhenti dan duduk di
salah satu kursi.
“Capek nungguin antrian Ci, duduk
dulu yah! pintanya.
“Okelah.!” kataku.
Kara adalah
teman dekatku. Tepatnya tetangga kamarku. Kami berteman lama sebelum masuk ke
sekolah itu. Rumah kami pun berdekatan. Ia banyak tahu tentang kehidupanku, dan
sebaliknya. Termasuk Dias. Kara adalah tempat Dias mencurahkan perasaannya. Ia
tahu bahwa Dias menyukaiku. Ia pernah menjelaskan tentang hal itu, tapi aku
tidak begitu menghiraukan. Apalagi Dias adalah tipe orang yang sangat suka
bercanda. Mustahil bagiku jika ia berkata begitu. Tapi lain halnya dengan
sekarang. Aku rasa Kara adalah orang pertama yang harus kumintai penjelasan
mengenai hal rumit ini.
“ Kar, aku mau bertanya sesuatu ke
kamu.” kataku serius.
“Soal apa Ci? Serius buanget neng
mukanya” candanya.
“Soal Dias, Kar. Kamu benar waktu
itu. Maaf jika saat itu aku tidak menghiraukanmu.” kataku.
“Hah? Akhirnya Dias bilang juga?
Astaga, Ya Allah! Nekat banget deh!” kata Kara dengan nada berlebihan. Aku
hanya mengangguk. Lalu aku menjelaskan kronologis kejadian semalam kepada Kara.
Kara hanya diam sambil menatapku dengan senyuman licik yang hingga saat ini aku
tidak mengerti apa artinya. Langsung saja aku meminta saran kepada Kara tentang
apa yang harus kukatakan kepada Dias tanpa melukai hatinya. Kara hanya
menyuruhku memikirkan matang-matang keputusan yang akan ku katakan padanya.
***
Pagi
yang bersahabat itu ku jalani tidak seperti biasanya. Ada suasana aneh yang
membuatku enggan menyapa semua jiwa yang berlalu lalang di sekitarku. Mungkin masih
shock dengan kejadian malam kemarin. Aku berusaha menenangkan pikiran. Berusaha
mencari jalan bagaimana aku menyampaikan kepada Dias bahwa kami tidak sejalan
mengenai perasaan masing-masing. Kami memang dekat, tapi aku hanya
menganggapnya sebagai sahabat. Satu hal yang kutakutkan, kalau saja pertemanan
kami akan pudar setelah aku mengatakannya. Bel berbunyi menandakan pelajaran
usai. Gemuruh suara langkah kaki dan gurauan-gurauan prajurit putih abu-abu itu
mulai memenuhi koridor menuju Cafetaria untuk makan siang. Kara yang daritadi
menyuruhku mampir untuk makan siang mulai menarik-narik ransel yang melekat
dipunggungku. Tapi itu tidak menghalangiku untuk segera naik ke asrama untuk
beristirahat.
Belum
beberapa menit sejak aku tiba, deringan pesan singkat menyambut kelelahanku siang
terik itu. Lagi, aku dihantui perasaan bersalah membaca pesan singkat Dias.
Mungkin terlalu cepat, tapi aku juga tidak bisa bertahan dengan keadaan seperti
ini. Aku rasa itulah waktu yang tepat untuk menjelaskan yang sebenarnya.
Kuceritakan kepada Dias tentang perasaanku dengan harapan bahwa ia bisa mengerti
dan kami akan tetap berteman. Aku tahu bahwa ini akan sangat menyakitkan. Tapi
aku tidak bisa berbuat banyak. Kukirimkan permintaan maafku berulang kali
hingga balasan pesan singkatnya datang. Jawabannya membuatku terkejut bukan
main, ia memang bisa mengerti segalanya tentang aku. Tak hanya itu, kami
sepakat untuk tidak memberitahukan ini kepada siapapun, termasuk Kara. Aku
sedikit lega. Beban pikiranku sedikit berkurang. Aku tidak perlu berpura-pura
dan tidak perlu takut kehilangan teman dekatku. Toh, Dias juga sudah mengerti.
Dugaanku, ia mungkin akan menata ulang perasaannya dan membenarkan untuk lebih
baik berteman denganku.
****
Pukul
06.40 WITA, dentingan bel terdengar dari sudut Cafetaria menandakan apel pagi
akan segera dilaksanakan. Hangatnya pagi yang bersahabat menghiasi keceriaan
penghuni sekolah di tengah bukit itu. Sastra puisi, mengawali kesibukan kami dalam
ruangan tertutup itu. Semua sibuk berimajinasi dan berkhayal tentang tema puisi
masing-masing. Dengan maksud mencari inspirasi, aku berkeliling mengitari
ruangan itu sambil mengamati teman-temanku yang begitu serius. Sampai pada
pojok meja, mataku tertuju pada sebuah kertas kusut. Tulisan tangan yang tak
asing bagiku, membuatku tergerak untuk membaca isi secarik kertas itu. Di
judulnya tertulis, MASIH. Puisinya
sangat menyentuh. Mungkin puisi yang dibuat oleh sastrawan junior ini adalah
pengalaman hidupnya. Tapi setelah mengetahui siapa yang menciptakannya, sekali
lagi hatiku tersentak. Di pojok bawah kertas itu tertulis. Karya Dias Anggara _10-10-2012.
The City Of Love ..
Paris has many nicknames, like "The City of Love", but its most famous is "La Ville-Lumière" ("The City of Light"), a name it owes first to its fame as a centre of education and ideas during the Age of Enlightenment. The sobriquet's "light" took on a more literal sense when Paris became one of the first European cities to adopt gas street lighting: the Passage des Panoramas was Paris' first gas-lit throughfare from 1817.
Paris allows itself to be promoted as the city of love, and who can deny that? It really is a city for lovers, for strolls along the Seine, sipping coffee at a café, and for picture-perfect moments in romantic neighborhoods like Montmartre. Then there's the Champs Elysees, the Eiffel Tower lit up at night, and the many gardens like the Jardin du Luxembourg. In Paris, love is in the air everywhere you look around.
A Padlock in Paris Can Bring You Eternal Love
Probably the most poetic (and slightly ridiculous) gesture of romance in Paris is the growing trend that has invaded the Pont des Arts bridge. Couples engrave their initials into a padlock, lock it to the railings of the bridge and throw the key into the River Seine below. This amorous ritual is believed to bring the couples eternal love and since the recent trend took off about two years ago, a staggering 2000 padlocks of all colours, shapes and sizes have been locked to the bridge.
Sabtu, 17 Agustus 2013
MITOS JARI MANIS
Menurut mitos yang diambil dari kepercayaan masyarakat china, kelima jari kita merepresentasikan setiap orang yang berperan dalam hidup kita. coba simak maknanya!
- Jempol yang berada di tempat pertama merepresentasikan orang tua
- Telunjuk yang berada di tempat kedua merepresentasikan saudara
- Jari tengah yang berada di tempat ketiga merepresentasikan diri sendiri
- Jari manis yang berada di tempat keempat merepresentasikan pasangan
- Kelingking yang berada di tempat kelima merepresentasikan anak
Kemudian cobalah untuk menyatukan kedua jari-jari tangannya Anda sesuai dengan pasangannya. Jempol bertemu jempol, telunjuk bertemu telunjuk, dan seterusnya. Namun, ada sedikit perbedaan di sini. Anda harus menekuk kedua jari tengah ke bawah.
- Pertama, coba pisahkan kedua jempol Anda yang saling bertemu. Anda tentu bisa memisahkannya. Ini bermakna Anda tidak ditakdirkan untuk terus hidup bersama orang tua Anda karena suatu saat Anda dan orang tua Anda pasti akan berpisah.
- Kedua, coba pisahkan kedua jari telunjuk Anda yang saling bertemu. Anda tentu bisa memisahkannya. Ini bermakna Anda tidak ditakdirkan untuk terus hidup bersama saudara Anda karena suatu saat mereka akan membentuk keluarga sendiri dan berpisah dengan Anda.
- Jari tengah dianggap sebagai pengecualian karena itu melambangkan diri Anda sendiri sehingga tidak perlu dipisahkan.
- Kemudian, coba pisahkan kedua jari manis Anda yang saling bertemu. Tidak dapat dipisahkan? Ya, itulah alasan mengapa cincin nikah harus dipakai di jari manis. Ini bermakna pasangan adalah orang yang akan bersama Anda sampai mati.
- Terakhir, coba pisahkan kedua kelingking yang saling bertemu. Ya, Anda dapat memisahkannya, yang berarti suatu hari anak Anda akan tumbuh dan meninggalkan Anda untuk membentuk keluarga barunya
Langganan:
Postingan (Atom)